Apakah sholat menggunakan bahasa lain selain Alquran menimbulkan dosa?
Bacaan seperti apa yang diperbolehkan dan dilarang dalam sholat?
Benarkah ada bacaan ketika dibaca bisa menyebabkan kita mendapat dosa?
Dilansir TerasGorontalo.com dari Kanal YouTube Islam Populer, bacaan yang diharamkan dalam sholat yang justru mendapatkan dosa.
Saat melakukan sholat, ada bacaan-bacaan yang wajib kita baca, seperti Alfatihah di setiap rakaat.Ada juga bacaan-bacaan sunnah seperti surah-surah pendek Alquran yang dibaca di dua rakaat awal.
Lalu apakah kita bisa menambahkan doa-doa pribadi yang bersifat duniawi?
Syekh Ali Jum’ah punya jawabannya.
Ia mengatakan bahwa orang yang sholat boleh berzikir dan berdoa asalkan tidak bertentangan dengan hadis dan Alquran.
Pendapat ini didasarkan pada argumen Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani yang berkata “Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari saat menjelaskan sabda Nabi mengenai doa yang dibaca setelah tasyahhud kemudian orang itu dipersilahkan berdoa dengan sesuatu yang mengagumkan dirinya, dan orang itu pun berdoa.”
Berdoa memohon untuk kebaikan duniawi boleh-boleh saja.
Doa-doa yang bersifat duniawi misalnya dilancarkan rezekinya, segera bertemu jodohnya, untuk meminta keturunan itu boleh dilakukan.
Hal ini juga dibenarkan oleh Imam Al Baji dalam Al-Muntaqa syarah al-muwatta beliau berkata “Hal ini sebagaimana Imam Malik berkata, tidak masalah berdoa dalam sholat maktubah dan dengan bentuk doa sesuai yang dikehendaki, baik berupa doa ukhrawih ataupun duniawi, baik yang sesuai dengan doa dari Alquran ataupun mengarang sendiri.”
Fenomena menambahkan bacaan dalam sholat pernah dilakukan oleh Ibnu Umar, dalam kalimat syahadat Ibnu Umar berkata “Tidak ada sekutu baginya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah.”
Kita mungkin sudah melakukan sholat selama puluhan tahun.
Tapi ternyata ada fakta penting yang harus kita ketahui mengenai surat-surat yang dibaca setelah Alfatihah.
Dalam sholat, selama ini mungkin kita terbiasa membaca surat pendek tanpa memperhatikan urutannya.Ternyata, hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.Beliau sangat jarang membaca surat yang pendek, kecuali dalam perjalanan.
Saat sholat subuh Rasulullah SAW terbiasa membaca surah Qaf pada rakaat pertama dan surat Ar rum pada rakaat kedua.
Beliau juga pernah membaca surah At takwir dan surah Az zalzalah.
Nabi Muhammad SAW, memilih membaca surah yang tergolong panjang ketika sholat.
Hal ini pernah dialami sendiri oleh salah seorang sahabat “Dari Abu Sa'id Al khudriy, ia berkata suatu ketika sholat zuhur ditunaikan, terus seseorang pergi ke (perkampungan) baqi’ dan ia melaksanakan aktivitasnya di sana, kemudian ia berwudhu lalu mendatangi jamaah sholat dan Rasulullah SAW masih berada pada rakaat pertama karena saking panjangnya apa yang beliau baca,” hadits riwayat Muslim.
Selain itu, Rasulullah SAW memilih surat secara berurutan, hal ini dibenarkan oleh Imam Nawawi dalam kitab At tibyah, beliau mengatakan bahwa Alquran tak semata-mata disusun secara berurutan, namun ada hikmah dibalik hal tersebut. Karena itu sudah sepatutnya ketika kita membacanya mesti berurutan.
Hal ini juga berlaku ketika shalat misalnya membaca surah Al baqarah di rakaat pertama kemudian di rakaat kedua membaca surah Al imran begitu seterusnya.
Bagaimana jika pada rakaat pertama kita membaca surah An nas?
Imam Nawawi meriwayatkan buat “ Sebagian ulama mengatakan, setelah membaca surah an-nas dilanjut dengan Surah Al baqarah pada rakaat kedua.”
Lalu Bagaimana jika ada orang yang setelah membaca surah An nas di rakaat pertama, kemudian malah membaca surah Al ikhlas di rakaat kedua?Imam Nawawi menyatakan bahwa hal ini tidak dihukumi boleh, walaupun ada sebagian ulama yang juga membaca surah-surah secara tidak berurutan dalam sholat.
Namun, sebagian lainnya tetap tidak menyukai orang yang membaca Alquran tanpa memperhatikan urutan.Ada pengecualian dalam membaca Alquran secara berurutan dalam sholat. Sebab ada beberapa surah yang dianjurkan untuk dibaca pada sholat-sholat tertentu.
Misalnya sholat subuh pada hari Jumat disunahkan membaca surah As sajdah pada rakaat pertama dan surah Al insan di rakaat kedua.
Beda lagi ketika kita sedang mengajarkan anak menghafal surah-surah pendek.Boleh urutannya dimulai dari surah An nas dan berlanjut sampai di surah Ad dhuha. Cara tersebut memudahkan anak-anak untuk menghafal.
Saat sholat jamaah, imam akan membaca surah Alfatiha kemudian dilanjutkan dengan surah-surah pendek yang dipilih. Bagaimana jika surah yang dibaca itu tidak kita hafal? Apa yang harus kita lakukan?
Makmum tugasnya adalah mengikuti imam.
Saat imam membaca salah satu surah dalam Alquran setelah membaca al-fatihah, makmum cukup mendengarkan saja.
Namun ada pengecualian ketika imam membaca surah At tih.
Hal ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW “Ketika imam membaca ayat terakhir, bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya? Maka makmum menjawab saya menyaksikan hal itu,” hadis riwayat Abu Daud dan At Tirmidzi.
Dalam sholat kita sudah diperintahkan untuk mengikuti cara sholat Rasululloh SAW, “Kerjakanlah sholat sebagaimana kalian melihatku melakukannya,” hadis riwayat Bukhari.***