Buya Yahya membeberkan cara mengenal Rasulullah SAW bila bertemu dengan beliau di dalam mimpi.Buya Yahya menjelaskan tentang cara mengenal Rasulullah SAW. Jemaah itu bertanya kepada Buya Yahya, bagaimana cara mengenali Rasulullah bila memimpikan beliau?“Saya sering mendengar kisah seseorang bertemu dengan Rasulullah.”
“Bagaimana kita bisa mengenali bahwa yang ada dimimpi kita baginda Rasulullah, sedangkan sebelumnya kita tidak pernah bertemu dengan Rasulullah?”
tanya jemaah tersebut kepada Buya Yahya. Buya Yahya lalu menjelaskan tentang pertanyaan bagaimana mengenali Rasulullah dalam mimpi. Menurut Buya Yahya, kalau bertemu dengan Rasulullah dalam mimpi adalah sebuah karunia dan nikmat dari Allah SWT.
“Yang tidak boleh adalah bohong bermimpi tentang Rasulullah,” kata Buya Yahya dilansir dari kanal YouTube Al-Bahjah TV, pada Minggu 14 Agustus 2022.
“Dusta atas nama Nabi tempatnya neraka. Kalau tidak mimpi jangan mengaku mimpi,” sambung Buya Yahya.Buya Yahya lalu menjelaskan bagaimana cara mengetahui bahwa benar yang ada dalam mimpi kita itu adalah Rasulullah.
“Tapi kalau orang bermimpi bertemu Rasulullah adalah karunia agung nikmat dari Allah.”
“Nah, adapun bagaimana kita tahu, ini babnya adalah mimpi. Di dalam mimpi itu gak usah ada penerjemah, anda tahu sendiri, nanti kalau sudah mimpi anda tahu,”
jelas Buya Yahya. Buya Yahya mengatakan, di dalam mimpi bertemu Rasulullah itu ada keterangan.“Begitulah Allah beri keterangan. Kalau anda belum mimpi, ya belum tahu. Kalau sudah mimpi, tahu. Padahal gak pernah ngeliat Nabi tapi bermimpi.”
“Tiba-tiba di dalam mimpi kita, kita meyakini itu Rasulullah, Nabi Muhammad SAW,” jelas Buya Yahya.Maka, kata Buya Yahya, jika bermimpi Rasulullah dan tidak sesuai dengan sifat-sifat yang pernah kita dengar, itu artinya kita yang masih mempunyai banyak hijab.
“Bukan Nabi yang kurang, tapi kacamatamu yang masih ada hijabnya. Tinggal kita bersihkan. Ada maksiat yang masih kita lakukan,” ujar Buya Yahya.Jadi, bila bermimpi Nabi Muhammad SAW, kata Buya Yahya, maka benar itu adalah Rasulullah.
“Tidak usah ragu. Benar bahwa itu Nabi Muhammad. Tapi kok tidak sempurna bentuk dari Nabi? Jadi koreksi, bukan Nabi, tapi kita yang masih banyak hijab,” ujar Buya Yahya Buya Yahya mengatakan, mimpi bertemu Rasulullah itu adalah keindahan dari Allah SWT.
yang kurang, maka itu mata hatimu yang jurang bersih,” kata Buya Yahya.
“Senoga Allah menghadirkan Nabi dalam mimpi kita,” ucap Buya Yahya.
Tokoh dari Lembaga Fatwa Mesir Syekh Dr Amr Al Wardani mendapatkan pertanyaan melalui telepon ketika mengisi salah satu program di televisi swasta Mesir. Penelepon bertanya, apakah mungkin seseorang melihat Allah SWT dalam mimpi?
Syekh Dr Amr Al Wardani pun memberikan jawaban bahwa tidak ada satu pun yang bisa melihat Allah SWT dan mengetahui dengan pandangannya secara kasat mata di kehidupan dunia, maka Allah SWT itu bukan fisik jasmani,
maka tidak akan bisa melihat seseorang dengan penglihatannya dan tidak bisa mengetahui dengan pengetahuannya.
Al Wardani mengatakan bahwa terdapat corak pemikiran yang merusak kecintaan dan ibadah manusia kepada Allah SWT, yaitu mereka yang menganggap Allah mempunyai bentuk tubuh atau fisik jasmani. Padahal Allah bukan seperti itu.
"Karenanya bahwa melihat Allah dengan penglihatan langsung di sekitarnya tidak mungkin , dan tidak benar dalam hak Allah," kata syekh Al Wardani.
Namun Al Wardani mengatakan bahwa mungkin bagi seseorang hamba melihat nur dari nur Allah dan tajali-Nya. Sebagaimana hamba akan melihat Allah di surga. Inilah pengertian yang benar.
Sebelumnya juga ada sebuah pertanyaan yang diajukan kepada Lembaga Fatwa Mesir tentang mungkinkan melihat Allah SWT di dunia.
Ulama Lembaga Fatwa Mesir Syekh Uwaida Utsman mengatakan bahwa tidak mungkin melihat Allah di dunia dengan mata. Namun hamba berharap untuk melihat Allah di hari kebangkitan dan ini adalah bagian dari kebahagiaan penghuni surga.
Sementara itu, Alquran dan sunnah menunjukkan bahwa nantinya orang-orang beriman bisa melihat Allah SWT di surga.
Di sinilah para sahabat Nabi SAW beserta pengikutnya dan orang-orang setelah mereka di antara para ulama itu dikumpulkan. Allah SWT berfirman:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ * إلى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat." (QS Al Qiyamah: 22-23)
Atas ayat tersebut, Abdullah bin Abbas RA mengatakan bahwa maksud dari ayat ke-23 itu ialah melihat wajah Allah SWT dan tidak bersembunyi darinya. Ibnu Katsir mengatakan, pada hari itu wajah betul-betul bersinar.
Imam Syafii menjelaskan, Allah SWT memiliki nama dan atribut dari mana kitab-Nya keluar. Nabi-Nya memberitahu bahwa orang-orang beriman melihat Tuhan mereka pada Hari Kebangkitan kelak dengan mata mereka saat mereka melihat bulan pada malam bulan purnama. Dari Jarir bin Abdullah, dia berkata:
كُنَّا عِنْدَ النبيِّ صلى الله عليه وسلم، فَنَظَرَ إلى القَمَرِ لَيْلَةً - يَعْنِي البَدْرَ - فقال: إنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كما تَرَوْنَ هذا القَمَرَ
"Kami berada ketika Nabi SAW melihat ke bulan (purnama), lalu Nabi SAW bersabda, 'Kamu akan melihat Tuhanmu seperti kamu melihat bulan ini..." (HR Bukhari)