Puasa yang kita jalani jadi tidak berpahala, ketahui mengapa? naudzubillah, jangan hingga sudah bersusah payah melaksanakan ibadah tetapi allah tidak ridho dengan apa yang kita jalani.
coba perhatikan hadits berikut ini.
dari abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan kalau nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“siapa yang tidak meninggalkan perkata dusta malah melaksanakan aksi dusta, hingga allah bukanlah hirau pada makan dan juga minum yang ditinggalkan. ” (hr. bukhari)
melansir rumaysho. com, iktikad hadits di atas merupakan siapa yang tidak meninggalkan perkata dusta, hingga allah tidak pedulikan makan dan juga minum yang dia tinggalkan, ialah allah tidak perlu pada puasa yang dia kerjakan.
ibnu batthol berkata, “hadits di atas bukan berarti diperintahkan silakan makan dan juga minum. tetapi hadits di atas merupakan peringatan pada perkata dusta dan juga dari aksi dusta. ”
faedah hadits
1. hadits di atas bagaikan wujud ancamam kalau pahala puasa dapat musnah kala seorang tidak meninggalkan perkata dusta dikala berpuasa. dia diucap berpuasa tetapi tidak memperoleh ganjaran.
2. puasa bukan cuma menahan diri dari larangan yang sifatnya inderawi serupa makan, minum dan juga jima’ (ikatan seksual) , tetapi pula menahan diri dari larangan yang sifatnya maknawi serupa ghibah (gosipin orang) , namimah (adu domba) , dusta, perkata kotor, sampai akhlak yang tidak santun.
rujukan:
hadits dalam riyadhus sholihin, nomor. 1249, bab 223. diambil penjelasannya dari aplikasi riyadhus sholihin di iphone, penciptaan zad group.
( sumber: http:// www. wajibbaca. com/2017/05/puasa-penuh-30-hari-tapi-tak-dapat. html )
coba perhatikan hadits berikut ini.
dari abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan kalau nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“siapa yang tidak meninggalkan perkata dusta malah melaksanakan aksi dusta, hingga allah bukanlah hirau pada makan dan juga minum yang ditinggalkan. ” (hr. bukhari)
melansir rumaysho. com, iktikad hadits di atas merupakan siapa yang tidak meninggalkan perkata dusta, hingga allah tidak pedulikan makan dan juga minum yang dia tinggalkan, ialah allah tidak perlu pada puasa yang dia kerjakan.
ibnu batthol berkata, “hadits di atas bukan berarti diperintahkan silakan makan dan juga minum. tetapi hadits di atas merupakan peringatan pada perkata dusta dan juga dari aksi dusta. ”
faedah hadits
1. hadits di atas bagaikan wujud ancamam kalau pahala puasa dapat musnah kala seorang tidak meninggalkan perkata dusta dikala berpuasa. dia diucap berpuasa tetapi tidak memperoleh ganjaran.
2. puasa bukan cuma menahan diri dari larangan yang sifatnya inderawi serupa makan, minum dan juga jima’ (ikatan seksual) , tetapi pula menahan diri dari larangan yang sifatnya maknawi serupa ghibah (gosipin orang) , namimah (adu domba) , dusta, perkata kotor, sampai akhlak yang tidak santun.
rujukan:
hadits dalam riyadhus sholihin, nomor. 1249, bab 223. diambil penjelasannya dari aplikasi riyadhus sholihin di iphone, penciptaan zad group.
( sumber: http:// www. wajibbaca. com/2017/05/puasa-penuh-30-hari-tapi-tak-dapat. html )